Dosen Program Studi Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mengadakan Pelatihan Batik Tulis dalam rangka meningkatkan Pemberdayaan Perempuan di UMKM Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Kegiatan ini diselenggarakan pada bulan September selama beberapa tahap.

Ketua Tim Karya Pengabdian Dosen, Hj. Ariana Suryorinni, S.E., MMSI., menjelaskan bahwa penting bagi perempuan untuk memiliki kemampuan dan keterampilan tambahan selain mengurus kegiatan domestik di rumah. Peran perempuan tidaklah semata-mata hanya urusan dapur, kasur, dan sumur, melainkan juga bisa meningkatkan aktualisasi diri melalui kegiatan pelatihan batik tulis. “Selain itu, melalui pelatihan batik tulis ini kita juga turut serta dalam nguri-nguri budaya Indonesia, khususnya dalam hal membatik,” lanjut Ariana.

Sementara, Monika Suprihatin, narasumber sekaligus pelatih dalam kegiatan tersebut menambahkan, “Batik ini kan memang ciri khas Indonesia. Kita sebagai perempuan juga perlu turut serta dalam menjaga budaya Indonesia, syukur-syukur bisa menularkan kegiatan ini ke anak maupun sanak saudara.”

Batik tulis dipilih karena tidak hanya memiliki nilai jual yang tinggi, juga karena proses membuat batik tulis merupakan keterampilan dengan nilai seni yang tinggi. Batik tulis memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan batik cap atau batik-batik produksi pabrik. Hal ini dikarenakan proses pembuatan batik tulis yang lebih rumit dan membutuhkan ketelitian.

Proses pembuatan batik tulis dimulai dengan pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan. Berikutnya membuat pola di atas kain dengan menggunakan pensil. Pembuatan pola dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan, misalnya ingin membuat pola ikon-ikon khas daerah. Seperti ikon tugu muda, pohon asem, atau wark ngendhog yang merupakan ikon khas Kota Semarang. Setelah pola tercetak, selanjutnya mulai menggambar langsung pada kain menggunakan lilin (malam) dan canting.

Proses berikutnya adalah isen-isen yaitu memberi variasi pada motif yang telah digambar pada kain. Proses ini juga berarti ‘mengisi’ bagian-bagian yang kosong dari pola. Ada berbagai jenis isen-isen yang biasanya digunakan dalam proses ini, salah satunya adalah dengan memberikan tanda titik-titik di dalam pola. Setelah semua pola tertutupi dengan malam, proses yang dilakukan selanjutnya adalah pewarnaan. Pewarnaan dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna dan dibilas. Pewarnaan ini bisa dilakukan beberapa kali sampai dirasa menemukan warna yang paling pas dengan keinginan.

Selanjutnya, kain batik yang telah diwarnai tersebut akan diproses utuk menghilangkan lilin (malam) dari proses mencanting. Proses ini dinamakan nglorod dengan cara merebus kain dalam air mendidih sampai semua lilin (malam) yang ada luruh dan hilang. Proses terakhir adalah pencucian. Setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci hingga bersih dan dijemur. Penjemuran dilakukan di tempat yang tidak mendapatkan sinar matahari langsung, cukup diangin-anginkan saja.

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan di Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunugpati. Selain bisa menyalurkan tenaga untuk kegiatan-kegiatan positif, harapannya dengan meningkatnya sumber daya manusia yang sudah terampil dalam membuat batik tulis, bisa meningkatkan sumber tambahan penghasilan. Sehingga para perempuan yang menjadi sasaran pengabdian kepada masyarakat ini, semakin berdaya dan mampu mandiri secara finansial. Di samping itu, harapan jangka panjang adalah ingin mewujudkan kampung batik yang nantinya bisa menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang.

Categories: Berita